"Gerakan Mahasiswa harus didasari atas Idealisme dan Pemikiran Intelektual yang kritis"
Gerakan Mahasiswa dan Pemuda terus berlanjut hingga tahun 1945. Pada tanggal 16 Agustus 1945 kaum Muda 'menculik' Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok. Kaum Muda memaksa kedua tokoh tersebut untuk memproklamirkan Kemerdekaan saat itu juga. Hingga akhirnya ditetapkan tanggal 17 Agustus 1945 sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia.
Tidak hanya sampai disitu juga, Gerakan Mahasiswa terus berlanjut hingga sepanjang perjalanan Orde Lama hingga keruntuhan Orde Baru. Jika kita menyimak dengan baik perkembangan pergerakan Mahasiswa tersebut, kita dapat melihat siapa dan apa yang mereka lawan serta cara seperti apa yang mereka gunakan untuk melakukan perlawanan.
Kisah-kisah heroik gerakan mahasiswa di Indonesia banyak digagas oleh Tokoh-tokoh yang hampir rerata adalah orang-orang yang doyan membaca buku dan berdiskusi. Sehingga gerakan perlawanan yang dilakukan adalah gerakan intelektual yang berdasarkan pada teori-teori ilmiah untuk membangun kesejahteraan sebuah peradaban. Idealisme yang mereka miliki didasari oleh pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh pergerakan dunia. Pemikiran yang mereka dapatkan dari hasil membaca dan berdiskusi. Membuat ruang-ruang ilmiah untuk melawan penindasan.
Namun patron pergerakan Mahasiswa hari ini sangat jauh gerakan mahasiswa masa lalu. Alih-alih ingin membuat sejarah justru para mahasiswa hanya mendompleng kejayaan gerakan mahasiswa masa lalu. Demonstrasi seolah menjadi standart utama dalam perjuangan kaum yang disebut sebagai intelektual kampus ini.
Gelar sebagai Aktivis kampus seolah menjadi label yang harus mereka sandang tanpa mengetahui proses yang terjadi didalamnya. Jangankan memiliki perpustakaan rumah, membaca buku atau literatur saja belum tentu mereka mau. Digitalisasi seolah menjadi kambing hitam dari semua kemalasan yang mereka lakukan.
Kegiatan diskusi pun hampir jarang dilakukan, mereka lebih memilih Chicken Dinner dari PUBG daripada diskusi tentang idealisme perjuangan mahasiswa.
"Gerakan Mahasiswa dengan Demonstrasi dan Bakar Ban seolah dianggap sebagai Standart Perjuangan"
Demonstasi dan bakar-bakar ban seolah menjadi patron seorang aktivis kampus. Gerakan Mahasiswa harus demo, begitulah standart yang ingin dibangun. Padahal jika kita melihat dari sejarah, justru Gerakan Mahasiswa itu selalu diawali dengan aktivitas membaca, dilanjutkan dengan diskusi kemudian menuliskan pemikiran-pemikiran dalam media cetak baik poster maupun ke surat kabar. Gerakan yang dibangun adalah gerakan intelektual bukan sekedar bakar-bakar ban atau melempari polisi dengan batu.
Tulisan ini saya buat hanya untuk mengingatkan agar rekan-rekan mahasiswa kembali kepada jalur pergerakan. Tentu yang saya maksud adalah gerakan intelektual. Mulailah membaca buku atau literatur lainnya, bangun ruang diskursus dan buatlah tulisan di media cetak agar gagasan yang kalian miliki bisa diketahui masyarakat.
Ayo bangun idealisme yang kuat dari dasar pengetahuan yang luas, bukan hanya sekedar di dikte karena afiliasi politik saja. Pastikan gerakan mahasiswa yang kalian bangun adalah gerakan yang dilandasi atas intelektual, bukan sekedar emosi untuk mencari label keren semata.
Jika model gerakan mahasiswa yang dilakukan hanya dengan demonstrasi dan bakar ban, maka jangan salahkan kalau justru masyarakat merasa tidak anda wakilkan. Bahkan masyarakat juga akhirnya merasa terganggu dengan gerakan yang kalian buat.
chicken dinner dari PUGB itu apa ya om? duh, maap kurang apdet.
BalasHapusbtw... saya dari dulu enggak suka sama mahasiswa yang demo. padahal suami saya dulu tukang demo. hihi
Sorry itu Typo.
HapusChicken Dinner itu istilah bonus dalam permainan PUBG.
Jozzzz cakep banget nih artikel. Sekarang jaman cerdas ya kan, menyampaikan aspirasi dengan cara cerdas juga, mantap
BalasHapusDuh, jadi inget jaman mahasiswa. Jaman hangat2nya darah muda.
BalasHapusSetuju dengan gerakan intelektual mahasiswa. Hehehe jangan hanya jago berorasi di jalan, tetapi tidak jago dalam hal intelektual. Membaca buku merupakan keharusan dalam dunia akademik. Jangan pula jadi mahasiswa tetapi tidak membudayakan membaca...
BalasHapusTapi gerakan mahasiswa sekarang banyak selentingan, itu pesanan lah itu settingan lah dan sebagainya dan sebagainya. Mungkin saja, karena anak-anak muda sekarang jauh dari buku dan nilai-nilai perjuangan yang membentuk jati diri mereka.
BalasHapusMahasiswa harus kreatif dan inovatif..gak perlu kekerasan bertindak, bertindak actual secara intelektual.
BalasHapusSemoga semangat mahasiswa dari tulisan bapak ini bisa membangkitkan nilai nilai kemahasiswaan dari fungsi mahasiswa dalam menjalankan tri dharma perguruan tinggi. Keren pak..
BalasHapusMantap sekali pak. Semoga mahasiswa bisa membuka diri untuk Bisa menjadi penggerak yang kritis dgn modal intelektual yang baik
BalasHapusMantap Pak. Sangat menginspirasi tulisannya Pak.
BalasHapus