Cover Love For Sale |
Love for Sale sendiri merupakan film yang menceritakan tentang kisang seorang Jomblo yang akhirnya menemukan Cintanya. Dalam film ini, Gading Marten berperan sebagai Richard seorang pengusaha percetakan yang sudah berumur 41 tahun tapi masih jomblo.
Richard tinggal di sebuah kamar yang berada di lantai 2 yang mana lantai 1 nya dipakai untuk usaha percetakan milik keluarga yang diwariskan untuknya. Dalam kesepiannya Richard hidup bersama kura-kura kesayangannya yang usianya sudah hampir 17 tahun menemani hidupnya.
Richard yang trauma karena cinta SMA nya tidak direstui oleh Orang tuanya karena beda agama, akhirnya memilih hidup dengan kesendiriannya. Hingga akhirnya ada tantangan dari teman-teman ngumpulnya untuk membaca pasangan diacara pernikahan salah satu sahabatnya.
Melalui aplikasi teman kencan akhirnya Richard bertemu dengan Arini yang perankan oleh Della Dartyan. Arini adalah seorang perempuan disewa Richard dari Aplikasi kencan untuk menemaninya menghadiri undangan pernikahan temannya Richard. Setelah bertemu Arini, Richard pun mulai berubah. Dari sini bisa dilihat bagaimana cinta memang bisa merubah kebiasaan seorang jomblo.
Yang menarik dari film ini adalah adanya adegan vulgar yang diperagakan oleh Richard dan Arini. Totalitas adegan dalam film ini seperti keluar dari bayangan film Indonesia kebanyakan.
Saya sendiri melihat sudah sewajarnya jika akhirnya Gading Marten mendapatkan penghargaan bergengsi sekelas Piala Citra. Dalam film Love for Sale ini memang akting Gading Marten sebagai aktor utama sangat bagus.
Menurut saya Gading Marten seolah keluar dari kebiasaannya yang cenderung garing dan kaku. Karena jujur selama ini saya melihat akting Gading Marten dan pembawaannya di panggung itu kaku dan garing, gestur dibuat-buatnya itu membuat saya kadang 'jijik'. Makanya kalau ada acara yang dipandu Gading Marten, biasanya saya skip bagian cuap-cuapnya.. hehehheee
Tapi dalam film ini, beda sekali. Gading Marten benar-benar luwes dan keren sih, meskipun berperan sebagai Richard yang berpenampilan serga kedodoran. Jadi rasa salut itulah yang membuat saya ingin menulis pengalaman saya menonton film ini.
Sebenarnya saya menonton film ini juga karena penasaran. Kok bisa orang yang aktingnya garing bisa dapat Piala Citra. Hingga akhirnya saya menonton dan memang bagus. Tidak hanya akting Gading dan aktor lainnya yang bagus. Cinematografinya juga keren dan saya melihat ada optimisme dalam kualitas industri perfilman Indonesia.
Gading Marten, Meraih Piala Citra |
Begitulah pengalaman saya ketika selesai menonton Love For Sale. Sukses buat kak Gading atas raihan prestasinya. Setidaknya ini sudah membuktikan bahwa anda besar dengan nama anda sendiri, bukan hanya sekedar dompleng nama besar Roy Marten.
Kalau menurut kamu bagaiamana kesannya setelah menonton film Love for sale ini ?
talenta bapaknya nurun juga ke anaknya ya. mungkin Gading lebih pas maen film ketimbang jadi host
BalasHapusSaya juga heran kok bisa meraih Piala Citra. Saya sih belum nonton filmnya. Cuma selama ini, akting Gading gak keren-keren amat.
BalasHapusGading mengalahkan Dilan. Kereeenn. Belum nonton filmnya, jadi penasarann mau nonton...
BalasHapusAgak kaget juga gading menang. Makin penasaran ama filmnya, sebagus mana smana sih aktingnya?
BalasHapusWah baru tahu info ini.... Kudet saya ya.... Grading Martin keren lah bisa dapat piala Citra... Sayangnya saya belum nonton... Jadi penasaran setelah baca tulisan Om Fendi..
BalasHapusLuar biasa ya anak Marten satu ini, belum pernah nonton filmnya yang ini
BalasHapus